Hi! It's been a while since the last post.. Yap, aku memang terjebak kesibukan kampus dan teman-teman kampus. I'm doing okay if you're wondering.. But not all aspects are okay. Aku sempat dilanda beberapa masalah dan kadang ada yang datangnya berbarengan tanpa kutahu apa maksudnya. Suck isn't it? Tapi ya, bagaimanapun, cerminan kita adalah kepada hal baik yang sudah terjadi kepadaku akhir-akhir ini. Atau mungkin beberapa bulan belakangan ini.
Aku membuat post ini ketika aku tersentak dan tersadar bahwa 2014 sebentar lagi akan berakhir.
Dan sangat banyak yang terjadi tahun ini.
Semua berubah.
At almost 180 degrees.
January: I didn't even realize it's gonna be a tough year.
Di awal tahun, aku mendapatkan start yang cukup baik. Mengesankan di beberapa hari pertama, setelah minggu pertama? Tidak seindah awalnya. Life started to be more challenging than usual. Banyak sekali problema dan kendala terkait sekolah, masalah pribadi dan masalah pertemanan. Aku mulai menyadari usia 17 memang berat. Kau terpaksa menjadi dewasa sebelum kau mau menjadi dewasa dan kau harus menerima itu. Bottom line: Aku masih belum menyadari apa yang akan terjadi di tahun ini, bahkan belum ada perencanaan.
February: Mengikuti ritme, tanpa perencanaan jauh... Dan masih belum sadar.
Kelas 3 SMA, katanya masa-masa sibuk yang asyik. Di bulan ini aku memang keasyikan dengan dunia sendiri. Bukan, aku bukannya tidak fokus dengan sekolah, justru sangat fokus sampai-sampai aku punya cara sendiri untuk menikmatinya. Entah cepat atau bagaimana tapi hanya dalam waktu sebulan aku sudah mengikuti ritme yang ada. Masuk jam 06.45, belajar sampai jam 10.00 istirahat sampai 10.20, belajar lagi sampai jam 12.00, istirahat sampai jam 13.15, belajar lagi sampai jam 14.30, lalu tambahan sampai jam 16.00. Lalu tiap hari Senin, Rabu, Kamis pergi ke Nurul Fikri untuk bimbel, kalau bukan hari bimbel, pergi refreshing ke McD atau tempat nongkrong lain bersama teman-teman. Kadang Sabtu dan Minggu masih harus tambahan bimbel. Hidup memang berat kala itu.
March: Month of doubt and distraction. But still have no idea.
Hai Maret. Entah kenapa Maret tahun ini hampir sama beratnya dengan Maret tahun lalu. Ditambah lagi guru-guru yang senantiasa mengingatkan bahwa UN sudah didepan mata. What a month! Try Out, dan simulasi-simulasi sudah berlangsung dan hasilnya begitu-begitu saja, seperti aku tidak akan menghadapi UN, bahkan aku masih belum mempersiapkan untuk kemungkinan terburuk. Sibuk, tertekan, hancur, dan ragu, itulah Maret 2014.
April: UN dan serangkaian teman-temannya. Aku tersadar semuanya hampir berakhir.
Sekolah, Bimbel, Tutor Sebaya, UN. Hanya itu yang mampu kuingat. Semua orang bukan lagi diri mereka yang kukenal santai dan ceria. The Real Hunger Games began that month.Oh iya ada satu lagi yang aku lupakan: Perpisahan. Acara perpisahan sekolah diadakan bertepatan dengan ulang tahun Mama, yaitu tanggal 23 April. Saat itu harapanku hanya satu, supaya aku benar-benar lulus meskipun hasilnya belum keluar.
May: Freshly graduated and preparing myself for the next stage.
Akhirnya pengumuman di website menyatakan aku lulus SMA. Resmi. Yeah. Sudah bukan pelajar tetapi belum menjadi mahasiswa. Statusku gantung bulan itu. 27 May, beberapa dari teman-temanku sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswa dari beberapa universitas favorit dan sudah tidak perlu mengikuti intensif di tempat bimbel lagi. Beberapa yang lain masih harus berjuang. Aku? Alhamdulillah pada akhir bulan (31 May) aku menjadi bagian dari mereka yang menyandang status resmi sebagai mahasiswa dan diterima di jalur beasiswa di universitas yang aku inginkan, Prodi Technopreneurship, Surya University.
June: Life is lighter and I began to enjoy every moment for awhile.
Seperti yang kubilang, hidup menjadi lebih ringan karena beberapa beban sudah berkurang. Ya, dan aku terfokus pada kesenangan itu terlebih dahulu. I need a break from everything before another thing coming. But in the end I started to realize that life's just started. It's almost over for me.
July: Mempersiapkan segalanya before my departure on August 7.
Aku masih ingin menikmati segalanya, sebelum semuanya berakhir. Aku heran, banyak hal-hal yang membaik sebelum kepergianku. Khususnya pada bulan ini. Bahkan aku jarang bertengkar dengan adikku, Mama dan Papa jadi lebih sering mengalah untukku, bahkan teman-temanku lebih meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama. Pertama kali aku diizinkan untuk pulang agak larut karena ada event berbuka bersama dengan kelas. Rasanya hidup benar-benar enak, Padang jadi lebih nyaman. Entah itu sindrom, tapi aku benar-benar ingin berada lebih lama di kampung halaman ketimbang pergi dan merantau.
August: Life starts here. Real life, I mean.
Aku berangkat, meninggalkan kampung halaman, pergi ke tempat yang belum pernah aku jajaki sebelumnya. Aku merantau dengan menjunjung sebuah quotes untuk menghibur diriku. Quotes by John Green: "It is so hard to leave until you leave. And then, it is the easiest goddamned thing in the world.". Aku benar-benar berharap aku tidak akan merindukan kampung halaman dan apapun yang aku tinggalkan di rumah begitu sampai nanti di tanah rantau. Untuk beberapa saat aku memang melupakan segalanya. But you can't resist the thought of where you belong. Namun, pada bulan Agustus aku memang belum merasakan homesick. Serangkaian kegiatan ospek dan pameran kampus menghalangi kerinduanku kala itu. Aku mulai menikmati tanah rantau.
September: I learn a lot about something new. Something I never had before.
Kesibukanku akan kuliah dan mengeksplorasi hal-hal baru bersama teman-teman baru membuatku belajar banyak dari lingkungan yang baru aku masuki ini. Tidak banyak yang bisa kuingat tapi aku merasa semuanya benar-benar berubah dan berbeda dari sebelumnya. Bulan ini aku benar-benar belajar bagaimana survive sendirian. Biasanya aku punya Mama atau orang lain untuk menolongku, sekarang justru aku cenderung lebih cerdik karena mulai terbiasa berpikir bagaimana menjalani hidup sendirian. Aku mulai memperbaiki segalanya, dari hal kecil sampai hal besar. Aku merasa menjadi lebih mandiri. Namun masalahnya tetap saja, aku masih dinasehati untuk lebih cerdas membagi waktu.
October: Things may change, memories don't.
Oktober ini aku menjadi lebih berani untuk berjalan lebih jauh dari kota ini. Meskipun terbilang nekat, tapi dengan modal itu aku belajar. Aku belajar beradaptasi dengan orang-orang lain yang berada di kota lain. Aku menjelajah Monas, pergi ke beberapa tempat lain di bagian Jakarta Utara, lalu pergi ke Bandung dengan travel. Pertama kali aku berjalan-jalan sendiri di kota orang, dan menumpang tinggal di kos teman-teman SMA-ku. Ketika bertemu dengan mereka, aku merasakan sebuah perubahan tapi perubahan itu adalah perubahan yang semestinya. But they keep our memories with them. That's the most important thing: our memories don't change.
November: Back to this chair where I type this entry, and the day goes by.
Berapa lama waktu untuk menyelesaikan entry ini? Beberapa hari. Butuh waktu lama untuk me-recall bulan-bulan yang telah lewat. Day goes by, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan apa yang seharusnya dikatakan. I started to feel homesick. Memang yang terjadi bulan ini belum banyak, tapi aku mulai menata ulang perencanaan waktuku, menyeimbangkan dan menyeleksi mana yang pantas dilanjutkan dan mana yang pantas dihentikan. Satu bulan lagi, 2014 berakhir. Entah kenapa aku merasa setelah bulan depan 2014 baru akan mulai. Mungkin masih sulit move-on dari tahun lalu, namun aku tidak merasa seperti itu. Aku tidak punya resolusi khusus selain meminta kepada Tuhan untuk senantiasa memberikan kesehatan kepada aku sekeluarga. Tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini spesial, tahun ini membawa banyak perubahan yang tidak terduga. Seperti saat aku menulis entry ini, bersama dua orang yang tidak pernah kukenal dikehidupan sebelumnya, dua orang baru yang setia ada mengisi hari-hari sibuk perkuliahan. Detik ini, aku bersama mereka, menyantap hidangan makan malam yang lezat, Tetapi pikiran berkelana mengingat bulan-bulan sebelumnya. And yeah, you may not be surprised with this, but the day goes by. Surprise me again next year, life.
No comments:
Post a Comment